Aku tak pernah tahu jika kau menyukai sahabatku, aku tak
pernah menyangka kau mencintainya. Hingga suatu pagi, yang aku kira akan
menjadi awal dari rutinitas ku, Aku melihatmu berpelukan dengan sahabatku.
Awalnya aku sangat marah bahkan sempat terlintas akan membunuhmu dan sahabatku
itu. Saat itu juga kuhampiri kalian berdua dan aku menampar pipimu yang semula
merona oleh sahabatku. Aku telah kalang kabut, aku tak menyangka bahwa kau
dapat berbuat seperti itu padaku, kau telah melukai hati ku ini.
Seminggu berlalu tak ingin aku menemui kalian berdua, tak ku
ijinkan diriku melangkah keluar dari kamarku. Kuurungkan niatku untuk tidah
mengurung diri. Kubiarkan diriku meratapi semuanya.
Hingga kau dan sahabatku menjenguk ku, aku masih terlalu
marah dengan kalian, rasanya aku tak ingin mengenal kalian lagi.
Namun kau dan sahabatku terus mendesakku untuk menerima maaf
mu.
Tak pernah aku ingin memaafkan kalian, hingga kau bercerita
bahwa sebelun kau menjalin hubungan dengan ku, kau telah mencintainya. Sahabat
ku lah yang memaksamu untuk menjadi kekasih ku. Setelah kau menjelaskan padaku,
baru ku sadar bahwa yang jahat adalah aku, aku yang memisahkan cinta kalian
berdua. Sungguh aku minta maaf.